ALLAH SWT memerintahkan kepada kita agar senantiasa berbuat jujur, yakni mengatakan sesuatu sesuai dengan kenyataannya. Dan Allah melarang kita untuk melakukan hal yang sebaliknya, yakni berbohong. Namun, ada yang mengatakan bahwa berbohong demi kebaikan itu dibolehkan. Benarkah demikian?
Berbohong memang pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS. Setelah menghancurkan patung-patung ia menyimpan kapak yang ia gunakan untuk menghancurkan patung tersebut di salah satu patung yang paling besar, yang sengaja tidak ia hancurkan. Maka, ketika ditanya, ia menjawab bahwa patung yang paling besar itulah yang menghancurkan patung-patung lainnya. Padahal, dialah yang menghancurkan patung-patung tersebut.
Di situlah letak kebohongan dari Nabi Ibrahim AS. Dia tidak mengatakan yang sesuai dengan kenyataannya.
Mungkin, inilah yang menjadi alasan bagi orang-orang yang mengatakan bahwa bohong demi kebaikan itu dibolehkan.
Namun ternyata, orang-orang yang berbohong di masa kini, ialah orang-orang yang lebih mementingkan keselamatan dirinya, artinya hanya demi kebaikan dirinya sendiri. Sedangkan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim ialah demi kepentingan umat. Dia berbohong demi menegakkan tauhidnya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa berbohong itu boleh demi kebaikan mempertahankan tauhid atau keyakinan kita untuk tetap berpegang teguh dalam agama Allah. Misalnya, ketika kita berada di daerah yang sedang terjadi peperangan antara Muslim dan non Muslim, lalu kita bertemu dengan orang non Muslim, dan ditanya mengenai agama kita, maka boleh jika kita mengatakan bahwa kita itu non Muslim sama seperti mereka. Hal ini dilakukan jika jiwa kita terancam, seperti halnya orang non Muslim itu akan membunuh kita, jika mereka tahu bahwa kita Muslim. Dengan catatan, dalam hati kita tetap yakin untuk selalu berpegang teguh pada agama Allah.
Jika hal lain dari itu, maka berbohong tak usah kita lakukan. Rasulullah SAW sendiri tak pernah mengajarkan kita untuk berbuat bohong. Melainkan ia memiliki trik agar tidak berbohong. Misalnya, dalam suatu kisah dikatakan bahwa pada suatu ketika beliau berjumpa dengan seorang wanita yang sedang dikejar-kejar oleh sekelompok orang. Ketika wanita tersebut berpapasan dengan beliau, wanita itu berpesan agar beliau tidak memberi tahu kepada mereka bahwa ia telah lewat ke sini.
Maka, ketika sekelompok orang tersebut tiba, dan mereka bertanya kepada Rasulullah, “Apakah engkau melihat seorang wanita yang lewat ke arah sini.” Rasulullah SAW kemudian bergeser dari tempat yang beliau pijak, dan mengatakan, “Semenjak aku di sini, aku tidak melihat wanita yang lewat ke arah sini.”
Coba perhatikan kisah itu, apakah Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk berbohong? Tentu tidak, beliau mengatakan yang sesungguhnya. Beliau melihat wanita itu, ketika beliau berdiam diri di tempat yang beliau pijak. Dan beliau mengatakan kepada sekelompok orang tersebut bahwa beliau tidak melihatnya, ketika beliau bergeser dari tempat yang beliau pijak ke tempat yang belum beliau pijak.
Itulah trik yang dilakukan oleh Rasulullah SAW agar terhindar dari perkataa dusta. Trik ini bukan berarti memberikan peluang bagi Anda agar melancarkan aksi bohong Anda, sehingga tidak dikatakan sebagai orang pembohong. Melainkan, hal ini dapat mempermudah Anda untuk menyelesaikan suatu perkara demi kemaslahatan orang lain. Wallahu ‘alam.
0 Response to "Sengaja Berbohong demi Untuk Kebaikan, Bolehkah?"
Post a Comment